Keajaiban Itu Bernama Sedekah
Aku ingin menuliskan kembali kisah ini, agar hati yang mulai enggan terpantik semangatnya, tidak tahu apakah ini sedekah terbaik atau bukan, yang pasti sedekah itu keajaiban untukku. Sesuatu yang mustahil nyatanya sangat mungkin jika Allah berkehendak.
Baru saja selesai mengASIhi Si Bayi, entah ke berapa kali sudah tak terhitung. Iseng aku meraih ponsel untuk melihat jam berapa gerangan. Melirik aplikasi hijau dan membacanya perlahan.
Oh Lord, namaku terpilih untuk mendapatkan sandal sepatu cantik yang kuimpikan. Masyaa Allah. Kejutan tengah malam yang indah bukan? Padahal berkali-kali ikut giveaway, Aku belum pernah sekali pun seberuntung ini.
***
Tentang keajaiban serupa mengingatkanku pada pengalaman delapan tahun lalu, saat awal meniti rumah tangga.
Delapan tahun lalu, aku dan suami sedang kehabisan uang, sementara kakak dari Bandung akan numpang menginap untuk beberapa hari sebelum pulang ke rumah orang tua. Saat itu aku dan dia begitu galaunya, bagaimana mungkin menjamu tamu dengan keadaan dapur yang tak dapat mengebul dan tamu ini baru pertama kali akan berkunjung. Menyedihkan!
Tiba di sana, dengan bismillah dan penuh harap suamiku mulai memasukan kartu ATMnya ke mesin. Entah mengapa saat itu dia memilih kartunya terlebih dahulu, padahal mestinya kartu ATM milikku yang diambil untuk mentransfer dua puluh ribu ke rekeningnya.
"Yang, Yang, liat, deh, ini beneran?" Ia sedikit histeris
Aku mengikuti arah jarinya. Kaget, berulang kali kueja 7 digit itu. Mengucek mata sejenak memastikan bahwa mataku waras dan tidak salah lihat. Lagi dan lagi aku memastikan bahwa ini bukan mimpi.
"Masyaa Allaaah beneran, Ayy," Aku tak kalah histeris.
" Ambil, Ayy. Ambil semua!" Sambil kugoncang-goncang lenganya bersemangat. Tak terpikir olehku jangan-jangan itu uang salah alamat dan harus dikembalikan ke empunya.
Sesaat kemudian ada notif di BB tua suamiku. Notif itu memberitahu bahwa bonus usaha perekrutan member baru sudah ditransfer dengan nominal 1.500.000. (Perekrutan di MLM yang dulu sekali pernah diikuti suami)
Masyaa Allah ....
Sepanjang jalan bibir kami tak lepas dari zikrullah. Tahmid dan takbir tak terhitung berapa kali terucap. Allah. Allaaaah. Terbayang olehku jamuan yang akan dinikmati tamu kami nanti.
***
Beberapa hari sebelum keajaiban terisinya ATM, kami masih memegang selembar uang merah. Rencana uang itu memang untuk mengisi ulang segala perintilan dapur yang habisnya bersamaan beserta gas melonnya.
Uang itu memang ada di dompet lelakiku, karena sejak kelahiran Si Sulung aku nyaris tak pernah keluar rumah. Urusan belanja aku percayakan pada dia yang lebih gesit.
Selepas sholat sunnah ba'da zuhur saat itu, ada seorang bapak tua dengan mata yang tak dapat melihat sempurna menghampiri lelaki yang resmi disebut sulungnya Abuyyaa itu.
"Mas, maaf. Saya mau ta'lim ke Natar, saya mau nyamperin temen dulu di 28, tapi saya gak punya ongkos ke sananya, Mas bisa bantu saya?" ucap bapak yang uban nya terlihat menyembul dari peci putih yang ia kenakan.
"Hmmm ... Baik, Bapak tunggu sebentar, ya," Ia beranjak mendekati motornya di pelataran masjid.
" Pak, saya cuma punya ini. Silakan bapak pakai, ya, semoga bermanfaat," Begitu ucap lelaki itu sambil menggenggamkan selembar uang di tangan Si Bapak.
"Amiin ... Amiin, ya, Allah," jawab lelaki beranak satu itu dengan rasa haru. Ada yang mengembun di matanya, namun bahagia dapat bermanfaat untuk sesama itu lebih mendominasi hatinya.
Kisah delapan tahun lalu ini selalu terkenang. Menjadi motivasi untuk selalu yakin bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat. Keikhlasan itu dapat menembus kemustahilan dan mengundang keajaiban dari Allah.
"Mataa nashrullah? Alaa inna nashrullahi qoriib"
Aku mulai mengerti bahwa hidup itu selalu ada keajaiban dari Allah. PertolonganNya, kasih sayangNya berasa Magic bukan? Siapa yang bisa melarang saat Allah berkehendak?
Dan ini membuatku faham bahwa prioritas hidup tak melulu soal dunia, tak melulu soal pemenuhan kebutuhan raga. Tapi hidup juga tentang keyakinan dan ringan bersikap baik pada siapapun.
Dan miracle Allah terus terjadi sampai detik ini. Masyaa Allah ... lalu apakah alasan kita untuk tidak bersyukur?
Masya Allah, Sangat menginspirasi sekali baca kisah ini, Jazakillah khoir atas nasihat yang sangat berharga ini...
BalasHapusTerimakasih sudah mampir bunda. Alhamdulillah jika bermanfaat 🙏
Hapus